Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menyebutkan besarnya jasa pondok pesantren, termasuk Gontor. Sebab pondok pesantren telah berjasa dalam membangun Indonesia, sehingga menjadi fakta sejarah.
Bahkan, pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan masih terjaga dan eksis hingga melampaui usia negaranya sendiri. Seperti Muhammadiyah, NU dan Pondok Gontor, usianya lebih dari 100 tahun.
Hal itu disampaikannya acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 100 Tahun Pondok Pesantren Gontor di Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
"Menurut saya, hal tersebut menjadi suatu fakta, terjadi relasi yang sangat baik antara negara dengan ormas Islam dan dengan lembaga pendidikan Islam dan menjadi bagian penting untuk selalu dijaga," ujar HNW, Kamis (28/9/2023).
"Menurut saya, hal tersebut menjadi suatu fakta, terjadi relasi yang sangat baik antara negara dengan ormas Islam dan dengan lembaga pendidikan Islam dan menjadi bagian penting untuk selalu dijaga," ucapnya.
Gontor juga turut menjaga relasi yang baik antara pendidikan Islam dengan negara. Termasuk halnya dengan peraturan perundangan yang ada dan dengan sistem yang dibangun oleh negara.
Meskipun menegaskan dirinya sebagai pesantren modern yang alumninya ada di mana-mana, seperti di ormas, orpol, kementerian, lembaga eksekutif, dan lembaga legislatif di dalam dan luar negeri, Ponpes Modern Gontor tetap menegaskan dirinya bagian dari Indonesia.
Ini sangat dipentingkan, di mana masih banyak orang terkena yang namanya Islamophobia, seolah-olah pesantren hal yang membahayakan negara.
"Tadi saya jelaskan di pidato saya, tentang sejarah Gontor yang sangat lekat dengan Indonesia, itu terbukti dengan bunyi syair dalam mars Gontor yang diciptakan tahun 1941 sebelum Indonesia merdeka," katanya.
"Di sana disebutkan bahwa ada tiga jenis ibu, yakni ibu biologis atau ibu kandung, Gontor sebagai ibu dan Indonesia sebagai ibu," sambungannya.
Menurutnya, hal itu merupakan sesuatu yang sangat fenomenal. Artinya, Gontor sangat menjaga hubungan baik dengan negara Indonesia. Inilah yang membuat Gontor terus berkembang hingga memiliki lebih dari 20 cabang pondok pesantren. Muridnya pun sangat banyak hingga lebih dari 32 ribu murid.
Semangat itulah yang dibawa Gontor memasuki abad kedua kehadirannya sesuai dengan tema yang diputuskan oleh Badan Wakaf, lembaga tertinggi di Gontor, yakni akan 'Menghadirkan Nilai-Nilai Islam Membangun Peradaban Utama'.
"Harmoni semacam ini, menurut saya harus terus dibangun, dijaga dan dikuatkan sehingga tidak ada ketegangan antara negara dengan pesantren. Apalagi di tahun politik menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka," jelasnya.
"Hal itu benar-benar perlu dijaga, sehingga terjalinlah terus menerus hubungan yang betul-betul menghadirkan komitmen untuk kebaikan negara dan pesantren, dan hadirnya peradaban yang utama," lanjutnya.
Acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 100 Tahun Gontor berlangsung lancar. Kegiatan sujud syukur juga diikuti oleh jaringan alumni Gontor di seluruh pesantren Alumni se-Indonesia, dan oleh alumni-alumni Gontor di seluruh dunia.
Turut hadir dalam acara ini, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Ketum MUI yang juga Wakil Rais 'Aam PBNU Muhammad Anwar Iskandar, Ketua PP Muhammadiyah Saad Ibrahim, Waketum DMI dan ormas-ormas lainnya.
Ada juga Sheikh Belaid Hamidi Al-Khattath (Khattath dari Maroko), Perwakilan Alumni PMDG Al-Ustadz Zainuddin dan para Pimpinan PMDG Hasan Abdullah Sahal, Amal Fathullah Zarkasyi, dan M. Akrim Mariyat, juga Ketua Panitia yang juga Rektor Universitas Islam Darussalam; Hamid Fahmy Zarkasyi, juga mantan Ketum PP Muhammadiyah Dien Syamsudin yang juga anggota Badan Wakaf Gontor.
(ncm/ega)